Pemandangan Gunung Bromo dari Pasir Berbisik |
Perjalanan
ini sudah kami rencanakan beberapa tahun sebelumnya, namun karena ketersediaan
waktu akibat kesibukan yang kami jalani akhirnya membuat rencana perjalanan ini
tertunda. Hingga pada akhirnya libur panjang yang bersamaan dengan hari raya
tiba. Tanpa menyia-nyiakan waktu kami memutuskan untuk pergi ke Gunung Bromo
saat itu juga.
Gunung
Bromo adalah gunung berapi aktif di Jawa Timur, Indonesia. Nama Bromo berasal
dari Bahasa Sanskerta : Brahma, salah
seorang Dewa utama dalam Agama Hindu. Gunung Bromo ini adalah termasuk dalam
Taman Nasional Tengger Semeru.
Ini
seperti perjalanan bulan madu untuk kami berdua. Keindahan Gunung Bromo sudah
terbayang di depan mata. Kami pun sudah tidak sabar untuk segera menuju ke
sana. Rencana sudah tersusun, baju dan perlengkapan lainnya juga sudah dikemas
rapi dalam tas. Dan kita mulai perjalan ini.
Perjalanan menuju Gunung Bromo
Kami
bertolak dari Kota Yogyakarta menuju Kota Malang menggunakan kereta api.
Layanan perjalanan kereta api dari Kota Yogyakarta (Stasiun Tugu Yogyakarta)
menggunakan Kereta api executive
Malioboro Express, dengan harga tiket ketika itu IDR. 250,000 untuk satu
kali perjalanan per orang. Kami berangkat pukul 08.00 dari Jogja dan tiba di
Malang pada pukul 16.00 sore.
Sesampainya
di Stasiun Malang kemudian dilanjutkan dengan beristirahat di hotel. Sebagai
catatan buat wisatawan yang pertama kali pergi ke Malang, bahwa untuk
mendapatkan taxi dari stasiun menuju hotel tempat kita menginap sangatlah
susah. Tidak nampak satupun taxi yang berkeliaran di sekitar stasiun. Akhirnya
kami memutuskan menggunakan jasa becak.
Sesampainya
di hotel kita langsung istirahat. Hotel tempat kami menginap adalah Maxone
Hotel, sebuah hotel yang masih sangat baru. Pemesanan kamar hotel dilakukan
jauh hari sebelumnya secara on-line. Hotel di Kota Malang biasanya dipadati
pengunjung terutama ketika musim libur tiba. Dan benar, saat itu bayak kamar
hotel yang terjual tapi kami sangat beruntung karena mendapatkan kamar di hotel
tersebut. TEMUKAN HOTEL DI MALANG .
Tepat
pada pukul 23.00, sopir yang akan membawa kami naik ke Gunung Bromo tiba di
hotel untuk menjemput. Mas Ipul (nama sopir itu) adalah sopir yang kita pesan
melaui sebuah jasa perjalanan wisata secara on-line juga. Mengapa akhirnya kami
memutuskan untuk menggunakan jasa perjalanan wisata karena ini adalah
perjalanan pertama kali ke gunung Bromo dan untuk sebuah kenyamanan. Harga yang
ditawarkan agen perjalanan wisata untuk ke Bromo waktu itu sekitar IDR 500,000
/ orang. Harga bervariasi tergantung musim. Jika ingin mendapatkan harga yang
lebih murah ada baiknya langsung menghubungi penyedia angkutan (sopir) yang
banyak terdapat di pos masuk taman wisata.
Jalur
yang dilewati kendaraan menuju ke atas bisa dibilang extreme. Selain jalan yang
sempit, berliku dan menanjak, juga kondisi jalannya yang terjal berlobang. Ada
beberapa titik yang dilalui terdapat lubang yang sangat besar dan dalam
sehingga lebih dari separuh ban Trooper kami terperosok. Kendaraan
berguncang-guncang sangat keras. Untungnya para sopir yang membawa wisatawan ke
Bromo sudah terlatih dan menguasai medan tersebut. Benar-benar sebuah
pengalaman yang tak terlupakan.
Tiba di Penanjakan 1
Sekitar
pukul 03.00 dini hari kami sampai di tempat yang disebut Penanjakan 1. Tempat ini adalah lokasi favorit wisatawan, karena merupakan
tempat untuk menikmati indahnya sun rise (matahari terbit). Namun sayang,
ketika tiba di sana kendaraan hanya bisa mengantar hingga beberapa ratus meter
dari Penanjakan 1 dikarenakan banyaknya kendaraan lain yang sudah tiba sebelum
kita. Dan diluar dugaan kita, Penanjakan 1 sudah dijejali oleh ratusan orang.
Semua tempat terisi. Dan puncaknya yaitu saat sinar pertama matahari muncul
dari balik gunung. Semua orang berdiri, berdesakan. Layar-layar telepon seluler
mulai bertaburan berkelap kelip bagai konser music. Sungguh bukan situasi yang kami harap dan bayangkan.
Disarankan untuk tidak mengunjungi Bromo saat musim libur karena pasti ramai.
Pemandangan
matahari terbit yang sangat indah tetap bisa kami nikmati meski pindah dari
tempat yang penuh sesak itu. Apa boleh buat, semua orang memiliki hak untuk
menikmatinya dan kami memilih untuk mengalah dan menghindar.
Pasir Berbisik
Pasir Berbisik |
Lokasi
berikutnya ini bernama Pasir Berbisik. Hamparan pasir hitam yang sangat luas
dikelilingi bukit-bukit di sekitarnya. Entah dari mana asal muasal nama Pasir
Berbisik itu. Apakah dari hembusan angin yang seolah-olah mengeluarkan suara
seperti berbisik.
Lokasi
ini adalah tempat yang juga menjadi favorit wisatawan terutama untuk berfoto.
Tempat ini juga banyak digunakan sebagai lokasi pembuatan film dan fotografi
komersil.
Pura Luhur Poten Bromo
Penyedia layanan persewaan kuda |
Pura
ini terdapat di kaki Gunung Bromo, dan merupakan tujuan berikutnya setelah
Pasir Berbisik. Setahun sekali Masyarakat
Suku tengger melakukan Upacara Yadnya
Kasada. Tepatnya pada tanggal 14 atau 15 di Bulan Kasodo ( bulan kesepuluh
menurut kalender Jawa). Untuk menuju ke pura ini kita bisa berjalan kaki atau
menyewa seekor kuda. Jika masih merasa kuat, bisa melajutkan perjalanan ke
puncak Gunung Bromo untuk melihat kawah BRomo dari dekat.
Bukit Teletubies
Bukit Teletubies terlihat dari kejauhan |
Dari
namanya kita bisa menebak kenapa dinamai Bukit Teletubies. Ya, karena bentuknya
mirip bukit yang ada pada film anak-anak teletubies. Jumlahnya ada banyak.
Perbukitan bulat-bulat dengan hamparan rumput yang hijau menjadikan Bukit
Teletubies juga sebagai titik untuk mengabadikan gambar foto.
Sampai
di sini kelelahan mulai melanda. Menurut sopir yang kita sewa, dia berkata
masih ada dua lokasi lagi, salah satunya adalah air terjun. Tapi kami
memutuskan untuk langsung kembali ke hotel saja untuk beristirahat. karena
hampir setengah hari kami berada di Bromo.
Bakso Presiden
Belum lengkap berwisata di
Kota Malang jika belum singgah dan menikmati sebuah jajanan yang sangat
terkenal di Kota ini. Adalah Bakso Presiden, sebuah warung makan bakso yang
berada di pinggir rel kereta api. Meski berada di pinggir rel kereta api,
tempat ini sangat ramai dikunjungi para penikmat jajanan bakso. Antrian untuk
memesan bakso pun sangat panjang, sepanjang rel kereta hahaha.
Nampaknya
wisata kami di Kota Malang (Bromo) ditutup dengan menyantap hidangan bakso,
karena sore itu juga kami harus kembali ke Yogyakarta menggunakan Kereta Api Malioboro Express. Nampaknya
baru kali ini saya menulis jurnal perjalanan wisata hingga sepanjang ini karena
perjalanan kali ini adalah merupakan pengalaman yang sangat mengesankan. Tentunya masih banyak cerita yang belum bisa
saya sampaikan di sini.
Semoga
cerita saya ini dapat memberikan sedikit gambaran tentang wisata ke Gunung
Bromo, terutama untuk Anda yang belom pernah ke sana. Semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment