February 16, 2016

Wisata ke Gunung Bromo

                
Pemandangan Gunung Bromo dari Pasir Berbisik

            Perjalanan ini sudah kami rencanakan beberapa tahun sebelumnya, namun karena ketersediaan waktu akibat kesibukan yang kami jalani akhirnya membuat rencana perjalanan ini tertunda. Hingga pada akhirnya libur panjang yang bersamaan dengan hari raya tiba. Tanpa menyia-nyiakan waktu kami memutuskan untuk pergi ke Gunung Bromo saat itu juga.
                Gunung Bromo adalah gunung berapi aktif di Jawa Timur, Indonesia. Nama Bromo berasal dari Bahasa Sanskerta : Brahma, salah seorang Dewa utama dalam Agama Hindu. Gunung Bromo ini adalah termasuk dalam Taman Nasional Tengger Semeru.

                Ini seperti perjalanan bulan madu untuk kami berdua. Keindahan Gunung Bromo sudah terbayang di depan mata. Kami pun sudah tidak sabar untuk segera menuju ke sana. Rencana sudah tersusun, baju dan perlengkapan lainnya juga sudah dikemas rapi dalam tas. Dan kita mulai perjalan ini.

Perjalanan menuju Gunung Bromo
              Kami bertolak dari Kota Yogyakarta menuju Kota Malang menggunakan kereta api. Layanan perjalanan kereta api dari Kota Yogyakarta (Stasiun Tugu Yogyakarta) menggunakan Kereta api executive Malioboro Express, dengan harga tiket ketika itu IDR. 250,000 untuk satu kali perjalanan per orang. Kami berangkat pukul 08.00 dari Jogja dan tiba di Malang pada pukul 16.00 sore.
                Sesampainya di Stasiun Malang kemudian dilanjutkan dengan beristirahat di hotel. Sebagai catatan buat wisatawan yang pertama kali pergi ke Malang, bahwa untuk mendapatkan taxi dari stasiun menuju hotel tempat kita menginap sangatlah susah. Tidak nampak satupun taxi yang berkeliaran di sekitar stasiun. Akhirnya kami memutuskan menggunakan jasa becak.
                Sesampainya di hotel kita langsung istirahat. Hotel tempat kami menginap adalah Maxone Hotel, sebuah hotel yang masih sangat baru. Pemesanan kamar hotel dilakukan jauh hari sebelumnya secara on-line. Hotel di Kota Malang biasanya dipadati pengunjung terutama ketika musim libur tiba. Dan benar, saat itu bayak kamar hotel yang terjual tapi kami sangat beruntung karena mendapatkan kamar di hotel tersebut. TEMUKAN HOTEL DI MALANG .
                Tepat pada pukul 23.00, sopir yang akan membawa kami naik ke Gunung Bromo tiba di hotel untuk menjemput. Mas Ipul (nama sopir itu) adalah sopir yang kita pesan melaui sebuah jasa perjalanan wisata secara on-line juga. Mengapa akhirnya kami memutuskan untuk menggunakan jasa perjalanan wisata karena ini adalah perjalanan pertama kali ke gunung Bromo dan untuk sebuah kenyamanan. Harga yang ditawarkan agen perjalanan wisata untuk ke Bromo waktu itu sekitar IDR 500,000 / orang. Harga bervariasi tergantung musim. Jika ingin mendapatkan harga yang lebih murah ada baiknya langsung menghubungi penyedia angkutan (sopir) yang banyak terdapat di pos masuk taman wisata.     
                Jalur yang dilewati kendaraan menuju ke atas bisa dibilang extreme. Selain jalan yang sempit, berliku dan menanjak, juga kondisi jalannya yang terjal berlobang. Ada beberapa titik yang dilalui terdapat lubang yang sangat besar dan dalam sehingga lebih dari separuh ban Trooper kami terperosok. Kendaraan berguncang-guncang sangat keras. Untungnya para sopir yang membawa wisatawan ke Bromo sudah terlatih dan menguasai medan tersebut. Benar-benar sebuah pengalaman yang tak terlupakan.
Tiba di Penanjakan 1
                Sekitar pukul 03.00 dini hari kami sampai di tempat yang disebut Penanjakan 1. Tempat ini adalah lokasi favorit wisatawan, karena merupakan tempat untuk menikmati indahnya sun rise (matahari terbit). Namun sayang, ketika tiba di sana kendaraan hanya bisa mengantar hingga beberapa ratus meter dari Penanjakan 1 dikarenakan banyaknya kendaraan lain yang sudah tiba sebelum kita. Dan diluar dugaan kita, Penanjakan 1 sudah dijejali oleh ratusan orang. Semua tempat terisi. Dan puncaknya yaitu saat sinar pertama matahari muncul dari balik gunung. Semua orang berdiri, berdesakan. Layar-layar telepon seluler mulai bertaburan berkelap kelip bagai konser music. Sungguh bukan  situasi yang kami harap dan bayangkan. Disarankan untuk tidak mengunjungi Bromo saat musim libur karena pasti ramai.
                Pemandangan matahari terbit yang sangat indah tetap bisa kami nikmati meski pindah dari tempat yang penuh sesak itu. Apa boleh buat, semua orang memiliki hak untuk menikmatinya dan kami memilih untuk mengalah dan menghindar.

Pasir Berbisik
Pasir Berbisik

                Lokasi berikutnya ini bernama Pasir Berbisik. Hamparan pasir hitam yang sangat luas dikelilingi bukit-bukit di sekitarnya. Entah dari mana asal muasal nama Pasir Berbisik itu. Apakah dari hembusan angin yang seolah-olah mengeluarkan suara seperti berbisik.
                Lokasi ini adalah tempat yang juga menjadi favorit wisatawan terutama untuk berfoto. Tempat ini juga banyak digunakan sebagai lokasi pembuatan film dan fotografi komersil.

Pura Luhur Poten Bromo
Penyedia layanan persewaan kuda

                Pura ini terdapat di kaki Gunung Bromo, dan merupakan tujuan berikutnya setelah Pasir Berbisik. Setahun sekali Masyarakat Suku tengger melakukan Upacara Yadnya Kasada. Tepatnya pada tanggal 14 atau 15 di Bulan Kasodo ( bulan kesepuluh menurut kalender Jawa). Untuk menuju ke pura ini kita bisa berjalan kaki atau menyewa seekor kuda. Jika masih merasa kuat, bisa melajutkan perjalanan ke puncak Gunung Bromo untuk melihat kawah BRomo dari dekat.

Bukit Teletubies
Bukit Teletubies terlihat dari kejauhan

                Dari namanya kita bisa menebak kenapa dinamai Bukit Teletubies. Ya, karena bentuknya mirip bukit yang ada pada film anak-anak teletubies. Jumlahnya ada banyak. Perbukitan bulat-bulat dengan hamparan rumput yang hijau menjadikan Bukit Teletubies juga sebagai titik untuk mengabadikan gambar foto.
                Sampai di sini kelelahan mulai melanda. Menurut sopir yang kita sewa, dia berkata masih ada dua lokasi lagi, salah satunya adalah air terjun. Tapi kami memutuskan untuk langsung kembali ke hotel saja untuk beristirahat. karena hampir setengah hari kami berada di Bromo. 

Bakso Presiden
                Belum lengkap berwisata di Kota Malang jika belum singgah dan menikmati sebuah jajanan yang sangat terkenal di Kota ini. Adalah Bakso Presiden, sebuah warung makan bakso yang berada di pinggir rel kereta api. Meski berada di pinggir rel kereta api, tempat ini sangat ramai dikunjungi para penikmat jajanan bakso. Antrian untuk memesan bakso pun sangat panjang, sepanjang rel kereta hahaha.
                Nampaknya wisata kami di Kota Malang (Bromo) ditutup dengan menyantap hidangan bakso, karena sore itu juga kami harus kembali ke Yogyakarta menggunakan Kereta Api Malioboro Express. Nampaknya baru kali ini saya menulis jurnal perjalanan wisata hingga sepanjang ini karena perjalanan kali ini adalah merupakan pengalaman yang sangat mengesankan.  Tentunya masih banyak cerita yang belum bisa saya sampaikan di sini.

                Semoga cerita saya ini dapat memberikan sedikit gambaran tentang wisata ke Gunung Bromo, terutama untuk Anda yang belom pernah ke sana. Semoga bermanfaat. 

No comments: